RadioGPT, Alat AI yang Jadi Penyiar Radio

- Publisher

Senin, 23 Juni 2025 - 05:00 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

RadioGPT, Alat AI yang Jadi Penyiar Radio

RadioGPT, Alat AI yang Jadi Penyiar Radio

RadioGPT, teknologi kecerdasan buatan terbaru dari perusahaan media Futuri, telah menciptakan gebrakan besar di industri penyiaran. Diklaim sebagai penyiar radio pertama di dunia yang sepenuhnya dikendalikan oleh AI, alat ini mampu menulis naskah, membaca siaran dengan suara yang mirip manusia, bahkan menyebarkan konten ke berbagai platform digital secara otomatis.

Kehadiran RadioGPT mengundang pertanyaan mendalam: Apakah ini awal dari berakhirnya peran manusia di industri radio, atau hanya sekadar inovasi teknologi yang belum menyentuh esensi siaran?

AI Mengudara: Teknologi di Balik RadioGPT

RadioGPT bekerja dengan menggabungkan teknologi GPT (Generative Pre-trained Transformer), pemindaian tren real-time di media sosial, dan suara sintetis canggih. Dalam operasinya, RadioGPT dapat:

  • Memindai berita dan tren terkini dari berbagai sumber
  • Menulis naskah siaran secara otomatis
  • Membacakan naskah menggunakan suara AI yang menyerupai manusia
  • Meniru gaya penyiar radio tertentu
  • Membuat konten untuk blog, Instagram Reels, dan YouTube Shorts

Tak hanya itu, teknologi ini bisa digunakan untuk mengisi satu segmen siaran atau bahkan seluruh stasiun radio, tanpa kehadiran manusia di studio.

Baca Juga :  PRSSNI Luruskan Pendapat Ketua AMDI Terkait Kewajiban Royalti Lagu di Tempat Usaha

Suara AI yang Terlalu Sempurna?

Futuri menawarkan contoh siaran langsung RadioGPT yang dapat diakses publik. Suara AI-nya terdengar mengejutkan realistis: artikulasi jelas, intonasi seimbang, tanpa jeda canggung seperti “eh” atau “hmm”.

Namun justru karena terlalu sempurna, sebagian pendengar merasa kurang ada kedalaman emosi dan spontanitas yang biasanya dimiliki penyiar manusia. AI memang bisa meniru gaya bicara, tetapi belum mampu menyampaikan pengalaman hidup, perasaan, atau refleksi pribadi—unsur yang membentuk hubungan emosional dengan pendengar.

Kekuatan Manusia dalam Siaran Radio

Siaran radio bukan hanya soal informasi atau hiburan, tetapi juga soal koneksi personal. Dalam survei yang dilakukan oleh Radio.co tahun 2024, lebih dari 50% pendengar menyebut “koneksi dengan komunitas dan penyiar” sebagai alasan utama mereka mendengarkan radio.

Contohnya, ketika penyiar berbagi kisah pribadinya, pengalaman masa kecil, atau pendapat jujur tentang isu lokal—itu menciptakan ruang keterikatan yang tak tergantikan oleh mesin. Banyak pendengar setia mengikuti penyiar favorit mereka meski pindah stasiun, seperti halnya Shaun Keaveny yang tetap diikuti penggemarnya setelah keluar dari BBC 6music dan mendirikan stasiun sendiri.

Baca Juga :  FDR Indonesia Hadir di Radiodays Asia 2025 Jakarta

Apakah AI Menghapus Penyiar Manusia?

Tidak sepenuhnya. Meski RadioGPT menawarkan efisiensi dan kemampuan teknis luar biasa, banyak pakar industri percaya bahwa masa depan radio justru akan menggabungkan kekuatan manusia dan AI.

AI bisa membantu penyiar menyiapkan konten, menyusun skrip cepat, bahkan mengelola distribusi konten digital. Namun, untuk membangun loyalitas pendengar, menyampaikan cerita bermakna, dan menghadirkan suara autentik—penyiar manusia tetap tak tergantikan.

Tantangan Etis dan Budaya

Penggunaan AI di dunia siaran juga menimbulkan berbagai pertanyaan:

  • Siapa yang bertanggung jawab jika AI menyampaikan informasi keliru?
  • Apakah penyiar manusia akan kehilangan pekerjaan?
  • Bagaimana dengan nilai budaya lokal yang sulit dipahami AI global?

Regulasi, kebijakan etik, dan literasi media menjadi penting dalam menghadapi perkembangan ini. Pemerintah dan industri harus segera merumuskan pedoman penggunaan AI dalam penyiaran, agar inovasi tidak menggusur prinsip kemanusiaan dalam media.

AI Memudahkan, Bukan Menggantikan

RadioGPT membuka babak baru dalam industri penyiaran, menghadirkan efisiensi, kecepatan, dan kemampuan distribusi digital yang mengesankan. Namun, esensi radio sebagai media yang hidup dari interaksi manusia, kejujuran suara, dan kedekatan emosional masih jauh dari tergantikan.

Penyiar radio bukan sekadar pembaca naskah. Mereka adalah sahabat di balik speaker, suara yang menemani saat macet, penenang di waktu malam, dan suara nyata di tengah hiruk-pikuk dunia digital. AI mungkin bisa meniru suara manusia—tetapi belum bisa menggantikan hatinya.

Berita Terkait

Jung Se Hyup Meninggal Dunia, Dunia Hiburan Korea Berduka
Taylor Swift Tampil Memukau di New York
10 Album Terbaik Musik Rock: Dari Led Zeppelin hingga Pink Floyd
Rush Reuni 2026: Geddy Lee Ungkap Alasan Reuni Setelah 10 Tahun
Cara Mendaftar di FDR Summit 18 Jakarta 2025
FDR Summit XVIII Jakarta 2025: Saat Radio Unjuk Gigi di Era Digital
Dua Menit yang Bisa Mengubah Masa Depan Radio di FDR Summit 2025
FDR Summit Jakarta 2025: Lebih Seru, Penuh Inspirasi

Berita Terkait

Rabu, 8 Oktober 2025 - 10:11 WIB

Jung Se Hyup Meninggal Dunia, Dunia Hiburan Korea Berduka

Rabu, 8 Oktober 2025 - 09:55 WIB

Taylor Swift Tampil Memukau di New York

Rabu, 8 Oktober 2025 - 09:43 WIB

10 Album Terbaik Musik Rock: Dari Led Zeppelin hingga Pink Floyd

Rabu, 8 Oktober 2025 - 07:15 WIB

Rush Reuni 2026: Geddy Lee Ungkap Alasan Reuni Setelah 10 Tahun

Senin, 22 September 2025 - 08:45 WIB

Cara Mendaftar di FDR Summit 18 Jakarta 2025

Berita Terbaru

Strategi konten radio di era digital telah berubah total. Jika dahulu program berjalan dalam durasi jam-jaman, kini radio harus berpikir dalam format snackable (ringkas dan mudah dikonsumsi), yang merupakan bahasa Gen Z.

Insight

Radio: Transformasi ‘Keintiman’ di Tengah Badai Digital

Sabtu, 25 Okt 2025 - 10:38 WIB

Hyperlocal Content sejatinya adalah penemuan kembali jati diri Radio Komunitas di era digital. Ketika media sosial didominasi oleh isu-isu makro dan berita viral yang tak jarang jauh dari realitas lokal, stasiun radio kecil memilih untuk menggali lebih dalam, menyajikan informasi yang spesifik dan sangat dibutuhkan oleh warga di lingkup RT/RW, desa, hingga kecamatan. Strategi ini menjadi pembeda utama mereka. - foto Iustrasi

Insight

Hyperlocal Content: Strategi Radio Bertahan dari Globalisasi

Jumat, 24 Okt 2025 - 09:20 WIB