Gen Z Tak Butuh Radio, Benarkah itu?
Kalau kita bertanya ke anak-anak Gen Z dan Alpha, mungkin sebagian besar dari mereka bahkan belum pernah benar-benar mendengarkan radio.
Bukan karena mereka menolak, tetapi karena mereka tidak pernah diajak mengenal radio dengan cara yang sesuai dunia mereka.
Radio Tidak Hilang, Hanya Tidak Diperkenalkan Ulang
Gen Z lahir bersama YouTube dan tumbuh dengan TikTok. Generasi Alpha bahkan lebih akrab dengan suara AI di speaker pintar daripada suara penyiar manusia. Apakah itu artinya mereka tak butuh radio?
Belum tentu.
Yang mereka butuhkan adalah pengalaman audio yang relevan. Radio bisa tetap hidup jika kita mau berhenti berpikir seolah-olah zaman belum berubah. Kita tak bisa terus menyodorkan format lama—lagu, iklan, sapaan basa-basi, dan obrolan yang “jadul”—lalu berharap mereka tertarik.
Mereka bukan tidak suka mendengarkan, mereka hanya tidak tertarik dengan gaya lama yang tak bertransformasi.
Gen Z Tak Butuh Radio, Apa yang Dicari Gen Z dan Alpha?
- Konten yang ringkas dan to the point
Mereka terbiasa dengan durasi pendek. Jadi acara 3 jam yang isinya hanya lagu dan sedikit bicara? Tidak menarik. - Suara yang autentik, bukan formal
Mereka suka penyiar yang bicara seperti teman, bukan seperti “penyiar”. - Topik yang relate dan gaul
Isu mental health, gaya hidup minimalis, tren TikTok, sampai FOMO kampus adalah dunia mereka. Mengangkat tema ini, dalam bahasa mereka, adalah langkah pertama. - Musik yang mereka dengarkan, bukan yang kita anggap hits
Playlists Gen Z berbeda: mereka mendengar hyperpop, bedroom pop, lo-fi, atau bahkan remix TikTok. Saat radio masih muter lagu-lagu lama tanpa konteks, mereka sudah lompat ke rekomendasi algoritma.
Acara Radio Seperti Apa yang Mereka Mau?
Bayangkan segmen radio yang berdurasi 15 menit, judulnya “Ngomong-ngomong Nih…” berisi obrolan ringan soal fenomena yang sedang viral, dibawakan penyiar muda, dengan gaya santai seperti podcast.
Atau program mingguan bertajuk “Cuan Anak Kost” yang bahas side hustle, keuangan, dan cara nyari uang dari HP.
Radio tak harus kembali seperti dulu—radio justru harus hadir sebagai teman yang tahu apa yang sedang mereka hadapi hari ini.
Maukah Mereka Mendengarkan? Jawabannya: Iya, Asal Kita Tahu Cara Mengajak
Kuncinya ada di: distribusi dan cara bicara. Jangan menunggu mereka datang ke radio konvensional. Bawa radio ke tempat mereka berada—Spotify, Instagram, TikTok, YouTube Shorts. Potong siaran menjadi konten kecil yang bisa mereka konsumsi di waktu senggang.
Radio tak perlu takut berubah. Justru perubahan adalah satu-satunya cara agar tetap relevan.
Kembali ke Inti Radio
Pada akhirnya, radio bukan hanya alat, tapi pengalaman. Gen Z dan Alpha masih membutuhkan pengalaman yang intim, suara yang menemani, cerita yang memicu emosi, dan musik yang berbicara. Tapi mereka tak akan mencarinya di tempat lama, dengan gaya lama.
Jika kita bisa mengenalkan kembali radio kepada mereka dengan cara yang segar, pendekatan yang jujur, dan isi yang meaningful, mereka tidak hanya akan mendengarkan—mereka bisa ikut menyebarkannya.
Penulis : Rahmaniar - Gen Z yang suka dengar radio






