Radio analog masih menjadi sumber informasi utama bagi masyarakat di berbagai daerah Indonesia. Di tengah pesatnya digitalisasi media, realitas di lapangan menunjukkan bahwa banyak warga di pelosok negeri belum sepenuhnya terjangkau layanan internet stabil maupun perangkat digital yang memadai.
Data terbaru dari PD PRSSNI Jawa Barat (2025) mengungkap bahwa 56% masyarakat masih setia mendengarkan radio melalui perangkat analog, bukan aplikasi streaming atau podcast digital.
Fakta ini mencerminkan betapa media konvensional tetap memegang peranan vital, terutama di wilayah dengan keterbatasan infrastruktur digital.
Ketimpangan Akses Digital Jadi Tantangan Nyata
Ketimpangan digital di Indonesia bukan hal baru. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023 menyebut bahwa hanya 78 dari 100 rumah tangga di Indonesia yang memiliki akses internet. Kesenjangan makin terlihat di antara kota dan desa—Jakarta mencatat angka 92%, sedangkan Papua hanya 33%.
Dengan kondisi demikian, ekspektasi agar masyarakat beralih penuh ke media digital tampak belum realistis. Internet cepat, perangkat canggih, dan literasi digital bukanlah hal yang merata.
Radio Analog: Lebih dari Sekadar Nostalgia
Bagi masyarakat di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), radio analog adalah kebutuhan, bukan pilihan. Radio tidak memerlukan kuota, sinyal stabil, atau gawai canggih. Cukup satu perangkat sederhana dan baterai, informasi bisa diakses kapan saja.
Tak heran, saat darurat bencana atau kondisi kritis, radio justru sering menjadi media penyelamat informasi. Bahkan dalam situasi krisis, sinyal radio AM/FM lebih dapat diandalkan daripada jaringan internet atau sinyal seluler.
Transformasi Digital Radio Tak Boleh Abaikan yang Tertinggal
Meski stasiun radio besar telah hadir di platform seperti Spotify, NOICE, atau YouTube, mereka tak boleh lupa akan pangsa pasar analog yang masih besar. Strategi migrasi digital perlu dilakukan secara inklusif, bukan memaksa.
Strategi yang Dapat Diambil Industri Radio:
- Menjaga siaran analog tetap hidup, khususnya untuk program lokal dan komunitas.
- Meningkatkan literasi digital melalui program edukatif di radio.
- Menggunakan multiplatform: siaran yang tayang di radio analog juga tersedia di platform digital.
- Menjalin kerja sama dengan pemerintah untuk memperluas akses digital, bukan hanya layanan radio.
Suara Lokal Masih Sangat Dibutuhkan
Radio lokal punya kekuatan besar karena menyuarakan hal-hal yang dekat dengan masyarakat. Mulai dari cuaca, berita desa, acara komunitas, hingga penyuluhan kesehatan. Hal-hal ini seringkali tidak ditemukan di media digital nasional.
Inilah kekuatan human connection yang dimiliki radio analog—sesuatu yang belum tentu bisa digantikan sepenuhnya oleh algoritma digital.
Merangkul Digital Tanpa Melupakan Analog
Di tengah transformasi digital, radio tetap punya tempat yang istimewa di hati masyarakat—terutama yang tinggal jauh dari pusat kota. Migrasi digital bukanlah lomba cepat-cepat meninggalkan yang lama, tapi proses adaptasi yang seharusnya menjangkau semua lapisan.
Radio analog bukanlah masa lalu. Bagi jutaan orang, itu adalah satu-satunya akses informasi yang mereka miliki hari ini.
Penulis : Sofyan - Pengamat Sosial Yang Juga Pendengar Radio
Editor : Regi






