Banyak radio gagal regenerasi karena komunikasi internal, di balik kesan glamor dunia radio, ada fakta yang sering luput disadari: banyak perusahaan radio gagal menyiapkan generasi baru karena pola komunikasi internal yang buruk.
Ketika ruang dialog diabaikan, regenerasi mandek. Talenta muda kehilangan semangat, sementara generasi senior terjebak pada kebiasaan lama. Hasilnya, banyak program stagnan dan tidak relevan lagi dengan pendengar muda.
Kondisi ini terjadi di banyak radio lokal maupun nasional, yang tampak kuat di luar, namun rapuh di dalam.
Terungkap! Banyak Radio Gagal Regenerasi, Komunikasi Vertikal Kaku Hambat Ide Baru
Penyiar Muda Enggan Bicara, Senior Enggan Mendengar
Model komunikasi yang masih didominasi instruksi satu arah membuat suasana kerja terasa berat. Penyiar muda hanya diminta patuh pada format lama. Sementara ide-ide segar sering dianggap “terlalu berani” atau “tidak sesuai pakem”.
Dalam situasi ini, regenerasi tak berjalan secara alami. Tidak ada pembinaan, hanya pengulangan. Yang muda frustasi, yang senior merasa terancam. Akhirnya, potensi besar justru pergi ke platform lain.
Bongkar Strategi Baru: Ciptakan Budaya Kolaborasi Bukan Kompetisi
Forum Diskusi Rutin Tanpa Tekanan
Beberapa stasiun radio mulai membenahi pola komunikasi mereka. Bukan lewat surat edaran, tapi lewat forum yang bersifat dialogis dan terbuka. Misalnya, sesi “Open Mic Internal” setiap Jumat, tempat semua karyawan boleh menyampaikan ide tanpa dinilai lebih dulu.
Forum semacam ini menciptakan kepercayaan. Penyiar muda tak lagi takut berbicara, dan yang senior pun mulai membuka diri terhadap perubahan.
Kolaborasi Konten Antar Generasi
Selain itu, banyak radio mulai memadukan program lama dengan pendekatan baru. Penyiar senior digandeng penyiar muda untuk menggarap podcast, live Instagram, atau konten TikTok yang ringan tapi tetap bernilai.
Alih-alih sekadar “menggantikan,” proses ini membentuk regenerasi yang saling belajar.
Wajib Tahu! Budaya Kerja Baru yang Dorong Regenerasi Radio
Komunikasi Internal Lewat Platform Digital
Perubahan lain yang signifikan adalah pemanfaatan platform digital untuk komunikasi internal. Grup diskusi di WhatsApp, Discord, bahkan Trello, digunakan untuk brainstorming ide program.
Ini bukan hanya mempermudah koordinasi, tapi juga menumbuhkan sense of ownership pada generasi muda. Mereka merasa dipercaya, bukan hanya diperintah.
Peran HR Jadi Sentral, Bukan Formalitas
HR di perusahaan radio tidak lagi hanya mengurus absensi dan kontrak, tapi menjadi fasilitator budaya kerja. Mereka menciptakan program pengembangan diri, coaching mingguan, hingga kelas kreatif internal.
Dengan pendekatan ini, regenerasi tidak sekadar terjadi, tapi benar-benar dirancang.
Masa Depan Radio Ditentukan dari Dalam
Regenerasi bukan soal usia atau teknologi. Ia dimulai dari cara orang-orang di dalam perusahaan berkomunikasi dan saling menghargai. Banyak radio gagal bukan karena kalah saing secara teknis, tapi karena gagal membangun ruang tumbuh bagi generasi penerusnya.
Jika komunikasi internal diperbaiki, bukan tidak mungkin radio kembali jadi pusat budaya populer. Bukan hanya di udara, tapi juga di hati generasi masa depan.
Penulis : Intan
Editor : regi






