Radex mei 2025 mencatat penurunan drastis dalam belanja iklan radio pada Mei 2025. Menurut data resmi PRSSNI, total pengeluaran iklan di 16 kota besar Indonesia hanya mencapai Rp 69,339 miliar. Angka ini menyusut 13% dibanding Mei 2024 dan 12% dari bulan sebelumnya, April 2025. Tren ini mengindikasikan perubahan strategi pemasaran nasional yang tidak bisa diabaikan.
Penurunan ini terjadi setelah lonjakan belanja iklan pada Maret 2025 menjelang Idul Fitri, mencerminkan pola musiman yang berulang setiap tahun. Namun, angka tahunan yang lebih rendah dari periode sebelumnya menunjukkan adanya pelemahan struktural dalam daya saing media radio sebagai platform iklan utama.
Farmasi, Minuman, dan Kosmetik Masih Agresif Beriklan
Meski terjadi kontraksi, sejumlah kategori tetap aktif beriklan di radio. Obat-obatan/farmasi, minuman, dan perlengkapan mandi masih menjadi penyumbang terbesar belanja iklan. Ini menunjukkan pentingnya radio dalam mempertahankan visibilitas merek produk kebutuhan sehari-hari.
Top Coffee, Aquviva, Giv Body Wash, dan Fres N Natural adalah beberapa brand yang mendominasi slot iklan radio di Mei 2025. Para pengiklan ini konsisten karena frekuensi pembelian produk mereka tinggi dan membutuhkan kehadiran media yang stabil.

Jogja, Manado, Pekanbaru Tunjukkan Performa Positif
Sementara kota besar seperti Palembang (-46%) dan Semarang (-42%) mengalami penurunan tajam, kota seperti Jogja (+14%), Pekanbaru (+7%), dan Manado (+5%) justru menunjukkan pertumbuhan. Hal ini menandakan potensi pasar lokal yang masih kuat dan memerlukan pendekatan iklan yang lebih spesifik dan terlokalisasi.
Kondisi ini menjadi peluang bagi penyiar radio lokal untuk memaksimalkan penetrasi pasar mereka melalui pendekatan konten dan program berbasis komunitas.
Media Sosial dan Iklan Digital Jadi Primadona
Transformasi digital yang cepat di Indonesia menjadi faktor utama pengalihan anggaran iklan dari media tradisional ke digital. Dengan 212 juta pengguna internet dan 143 juta pengguna media sosial, pengiklan kini lebih tertarik menggunakan platform seperti YouTube, Facebook, dan TikTok yang menawarkan jangkauan luas dan penargetan yang presisi.
Iklan digital di Indonesia diprediksi mencapai USD 3,23 miliar pada 2025, dan terus tumbuh. Ini jelas memberikan tekanan terhadap media konvensional, termasuk radio.
Sepuluh kategori teratas berdasarkan pengeluaran pada Mei 2025 dalam iklan radio
didominasi oleh barang dan jasa esensial, serta iklan institusional :
- OBAT-OBATAN/FARMASI: Rp 12.821.537.650
- MEDIA & PROMOSI: Rp 10.344.153.200
- MINUMAN: Rp 9.834.291.450
- PERLENGKAPAN MANDI & KOSMETIK: Rp 6.399.090.150
- IKLAN KORPORAT & LAYANAN PUBLIK: Rp 5.824.183.400
- PENDIDIKAN: Rp 5.442.889.100
- PRODUK/PERLENGKAPAN RUMAH TANGGA: Rp 4.381.279.000
- TRANSPORTASI, PERJALANAN, REKREASI: Rp 4.380.644.800
- MAKANAN: Rp 4.176.550.000
- PERALATAN KANTOR, KOMPUTER, KOMUNIKASI: Rp 3.562.015.750
Sepuluh produk individual teratas untuk Mei 2025 dalam iklan radio sebagian besar
adalah barang konsumsi cepat (FMCG) : - TOP COFFEE: Rp 3.050.049.000
- AQUVIVA AIR MINERAL: Rp 2.116.796.000
- GIV BODY WASH: Rp 2.028.523.000
- FRES N NATURAL: Rp 1.808.536.000
- EKONOMI POWER LIQUID CUCI PIRING: Rp 1.627.063.000
- HERS PROTEX: Rp 1.616.248.000
- SO FRESH MINYAK ANGIN: Rp 1.613.742.000
- SEDAAP KECAP: Rp 1.584.248.000
- TEAJUS: Rp 1.567.215.000
- NUVO BODY WASH: Rp 1.518.756.000
Adaptasi dan Integrasi Digital Jadi Kunci
Menurunnya Radex bukan hanya persoalan musiman, tapi cerminan dari pergeseran jangka panjang. Untuk bertahan, industri radio harus melakukan transformasi besar. Strategi yang bisa ditempuh antara lain:
- Mengintegrasikan siaran radio dengan platform streaming dan media sosial.
- Menawarkan iklan berbasis data melalui kanal digital mereka.
- Fokus pada pasar lokal dengan konten dan iklan hyper-lokal.
- Menjalin kerja sama dengan brand digital untuk kampanye lintas platform.
Langkah-langkah ini akan membantu radio mempertahankan relevansinya dan bahkan membuka peluang baru di tengah dominasi digital.
Radex Mei 2025 Tunjukkan Perubahan Arah Industri
Laporan Radex Mei 2025 memberi gambaran jelas: radio tidak lagi menjadi pilihan utama dalam bauran media nasional, meskipun masih relevan untuk kategori tertentu. Penurunan 13% YoY menandai bahwa industri ini harus berbenah. Di tengah ekonomi yang tetap tumbuh dan inflasi terkendali, alokasi belanja iklan jelas berpindah ke platform digital.
Namun, peluang tetap ada. Kota-kota dengan pertumbuhan positif, kekuatan produk FMCG, serta loyalitas pendengar lokal menjadi titik terang yang perlu dimanfaatkan. Masa depan radio terletak pada kemampuannya untuk berubah, berinovasi, dan bersinergi dengan dunia digital.
Penulis : Denny J. Sompie - ( Ketua bidang Humas dan Pendanaan Pengurus Pusat Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia )






